sumber http://pre03.deviantart.net |
Ada banyak alasan yang bikin kamu menetap di Bandung, namun yang paling banyak ya kuliah. Memaksamu bertemu dengan orang-orang Sunda dari kabupaten lain. Tentu saja jika kamu ngobrolnya dengan orang non-sunda, ini bukan masalah.
Apa saja 5 kata itu? Come on.
1. Endi/Mendi
Ini nih, kata endi atau mendi memang sering sekali kita ucapkan di Majalengka untuk kata ‘Mana’. ‘Endi’ sudah mendarah daging! Sehingga acapkali kadang kamu keceplosan kan? Terutama bagi yang baru-baru tinggal di Bandung. Biasanya kata ‘Endi’ ini diucapkan saat ada teman yang bergegas, reflek-lah kamu berkata “Rek ka endi?” Imbasnya, orang asli Bandung (atau Parahyangan lain) akan bengong, gak jarang juga mereka menertawakan kamu. Lebih parahnya, mereka akan mulai menjulukimu si endi.
2. Oge/Ogeh
Kata selanjutnya yang gak kalah sudah mengakar adalah menambahkan pertanyaan dengan kata ‘Oge’; “Oge tadi aya Raisa di dieu?”
3. Keyeng/Kiyeng
Biasanya kata “Keyeng” atau di beberapa tempat (contohnya; Jatiwangi) juga disebut ‘Kiyeng’. Kata ini digunakan saat ada yang ngajak jalan, sedangkan kamu malas, maka terucaplah dari mulut: “Teu keyeng ah.” Nah menurut teman-teman Majalengka yang stay di Bandung, begitu mendengar kalimat itu, orang-orang sana langsung keheranan.
4. Cicis/Icis
Cicis ya, bukan Ria Ricis. Biasanya kita menggunakan kata ini sebagai bentuk halus dari ‘Duit’, tetapi nggak disangka, justru orang Bandung malah gak ngerti.
5. Kagok
Orang Majalengka menafsirkan ‘Kagok’ untuk ‘Nanggung’, rupanya orang-orang sunda di Bandung juga tidak mengetahui ‘Kagok.’
Itu dia? Menurutmu berbahaya nggak? Bahaya yang kami maksud sih, karena seringkali mereka menggunakan kata-kata untuk mengejek kita. Kalau kamu merasa gak masalah ya okelah, sah-sah saja kamu menggunakannya, tapi sebaiknya “Di mana bumi dipijak di situ langit dipangku.” Mungkin kamu bisa mengganti “Ka Endi” dengan “Ka Mana.” Sementara. Kami juga berpesan supaya ke-5 kata itu tetap kalian gunakan saat ngobrol dengan sesama orang Majalengka, atau saat pulang kampung misalnya, karena walau bagaimana pun: bahasa adalah warisan leluhur yang harus kita jaga dan lestarikan. (Tommi)
Kontibutor: Kamilia Qatrunnada, Erpin Al Ghifari
Sumber : www.besoksenin.com